Skip to main content

San Francisco dan Musim Panasnya

"...Dan gua jawab bahwa gua mulai terbiasa dengan suhu di sana. Seringnya gua ngomong gitu dengan rambut yang berdiri semua, atau hidung yang meler ingusan...."



Bertualang di negri orang tentu memiliki kesan tersendiri. Terlebih jika itu merupakan penglaman pertama, sendiri, dengan persiapan yang bisa dibilang kurang matang, dan yang paling fatal adalah sifat ceroboh yang rasanya selalu mengikuti dan gak pernah berkurang. Gua datang ke San Francisco dengan koper terbesar yang kami punya. Terlihat berlebihan, tapi ternyata sangat membantu pada akhirnya. Dengan panduan check-list yang gua buat, koper itu penuh dalam beberapa malam: baju dan celana MUSIM PANAS UNTUK 4 MINGGU, peralatan pribadi, sampai MIE INSTAN KEMASAN KECIL maupun KEMASAN STEREFOAM. Semua barang itu gak ada yang sia-sia, tapi sesungguhnya banyak yang lebih penting dan berarti untuk dibawa.

Kesalahan terbesar pertama gua adalah, gua gak browsing dulu masalah musim panas di San Francisco. Ya, gua bawa 1 jaket, 1 kaos panjang, 2 celana panjang (pada akhirnya gua terpaksa beli celana panjang lain di sana), sisanya kaos dan celana pendek super santai termausk celana pantai. Banyak teman gua yang akhirnya menawarkan jaketnya ketika ngelihat gua jalan-jalan cuma dengan kaos dan celana pendek. Bahkan pernah suatu malam di halte bus, seorang ibu bertanya, “Apakah kamu gak kedinginan? Bahkan saya yang sudah bertahun-tahun di sini (San Francisco) masih membutuhkan jaket setiap waktu.” Dan gua jawab bahwa gua mulai terbiasa dengan suhu di sana. Seringnya gua ngomong gitu dengan rambut yang berdiri semua, atau hidung yang meler ingusan.

Tapi ini ada benarnya. Gua gak pernah menemukan tempat di Indonesia yang punya iklim unik kayak di San Francisco pada musim panas. No doubt, bahkan di Bogor cuma ada 4 musim: panas, sangat panas, panas lalu hujan, serta hujan lebat sepanjang hari. Di San Francisco pagi bisa sangat dingin, siang sangat sangat sangat terik NAMUN berangin, dan sore hingga malam bisa sangat dingin lagi. Ya, musim panas di San Francisco SANGAT UNIK. Berdasarkan US Climate Data, suhu rata-rata San Francisco pada bulan Juli adalah 12.2°C-19.2°C. Dan yang membuatnya selalu dingin adalah letak San Francisco yang berda di tepi laut. Jadi walaupun musim panas, kita gak akan melihat banyak orang menghabiskan summertime-nya di pantai kayak di film-film. Gak. Cuma singa laut California, beberapa orang yang percaya akan kesehatan berenang di air dingin, para atlet, dan turis asing yang gak pernah ngerasain pantai sedingin itu (termasuk pelajar aneh dari Indonesia) yang mau melakukannya.


Sunrise di Battery Spancer. Foto pertama pukul 06:17 dan foto setelahnya adalah pukul 06:38. Dalam beberapa menit Karl, kabut yang biasa menutupi puncak Golden Gate Bridge rasanya tidak mau melewati pagi itu.


Dolores Park. Taman ini merupakan taman yang paling ramai di San Francisco. Banyak orang datang ke sini untuk sekedar istirahat dan tudur-tiduran, baca buku, olah raga, melakukan permainan kecil dan aksi akrobatik, piknik, foto-foto, bahkan minum bir maupun menghisap ganja. Jangan salah, pada jam-jam teretentu sinar matahari bisa sampai ke taman ini  menjadikannya taman yang terbesar dan pas untuk segala aktivitas. Namun seperti pada saat kami di sana, sinar matahari seolah masih jauh dan angin luar biasa dingin berhembus seperti biasa. Josue, So Young dan beberapa orang di belakang kami memutuskan memakai jaketnya. David sempat menawarkan jaketnya karena merasa sudah terbiasa, dan gua terinspirasi untuk membiasakan diri juga.


Sausalito. Kota kecil ini hanya beberap kilometer dari pusat kota San Francisco namun memiliki iklim yang sangat berbeda: hangat dan tidak berangin. San Francisco kapanpun, jika di lihat dari kota ini selalu diselimuti kabut tebal.


Suturo Bath. Terletak di sisi paling barat San Francisco. Sepanjang horizon adalah Teluk Farallones yang membawa angin dari Samudra Pasifik Utara yang sangat dingin.Tentu saja airnya dingin sepanjang tahun. Tempat ini selalu dipenuhi wisatawan, fotografer, dan pemain selancar terutama saat mata hari terbenam. Foto ini diambil sekitar pukul 07:50 malam.




Oakland Museum of California. Foto ini diambil pada akhir bulan Juli, artinya belum ada 1 bulan gua di San Francisco. Yang menarik adalah, walaupun terasa sangat dingin, sinar matahari tetaplah terik paling tidak sampai sekitar jam 8 malam. Dan gua yang lebih sering menghabiskan waktu di luar, tanpa sadar jadi belang. Hal yang juga disadari sama Jeff yang ternyata juga belang, ya walaupun gak separah gua.


Namun siapa sangka bahwa cuaca yang cukup ekstrem ini merupakan hal yang paling gua inget dan rindukan dari San Francisco. Gua terbiasa bangun pagi dan mendapati jendela rumah gua berembun dan jalanan yang selalu basah. Gua terbiasa jalan-jalan di kota, atau sekedar tidur siang di taman saat hari cerah namun angin tetap berhembus dingin. Begitu pulang, kamar kecil selalu jadi tempat pertama yang gua tuju. Karl Sang Kabut juga sering menutupi puncak Golden Gate Bridge. Bahkan ketika gua ke Battery Spencer buat menikmati sunrise di sisi lain jembatan itu, Karl tetap hadir walaupun sempat menyingkir sebentar seolah mengijinkan kami mengabadikan momen terbaik itu. Pernah suatu hari gua pergi ke Sausalito, “desa nelayan kecil” di sebrang Golden Gate Bridge. Walaupun hanya dipisahkan oleh selat, cuaca di Sausalito sangat berbeda: hangat dan tidak terlalu berangin. 180 derajat berbeda dengan apa yang “memayungi” San Francisco saat itu: kabut gelap. Kadang pagi atau malam turun grimis. Biasanya cukup ringan sehingga payung tidak diperlukan. Namun pernah beberapa waktu gua mendapati jaket gua basah kuyup. Itu saat gua gak bawa kunci pagar, HP gak ada internet dan pulsa, serta grimis turun dan memperparah malam itu. Ada kalanya kabut menutupi jalanan, sehingga daya pandang sangat buruk. Teringat film-film horror di mana bayangan tokoh jahat muncul dari ujung jalan tertutupi kabut. Persis saat gua kena jam malam transportasi di stasiun West Portal. Gua juga sempat menghabiskan akhir pekan di Las Vegas, San Diego, Davis, atau Los Angeles yang memiliki cuaca yang lebih pas dengan pakaian yang memang gua siapkan untuk musim panas. Tapi hal pertama yang selalu gua lakukan begitu kembali ke San Francisco adalah menarik napas dalam-dalam, mengisi penuh paru-paru gua dengan udara dingin San Francisco dan mengatakan dengan penuh syukur “I’m home.”

Comments

Popular posts from this blog

Kabar gembira untuk kita semua~

" Kabar gembira untuk kita semua~  Kasur asrama kini ada yg barunya ". Ahahy akhirnya kasur kutu diganti juga. Ayoyoy, kabar baik? Sekarang gua lagi menikmati kasur baru menn. Lebih keras tapi gak tepos. Dan lebih ngepas, jadi sepreinya ketat terus. Jadi lo gak perlu ngerapiin seprei tiap hari. Tebel, ketat, dan gak tepos Beruntunglah kalian yg gak pernah ngerasain kasur kutu. Kasur kapuk bekas, sempet menuhin lobi asrama. Gila, itu dibuang ke mana yo?

Rusuh

Head to IPB

Hahay untuk pertama kalinya akhirnya gua menginjak IPB menn!! Tepatnya tanggal 16 Juni kemaren. Jadi ceritanya ada pertemuan orang tua sama rektorat menn. Tapi anak-anak calon mahasiswa lain pada ngikut juga menn, termasuk gua biar tau kampusnya gitu menn. Niat awalnya, gua pergi sama nyokap naik mobil dari rumah jam setengah 7 biar gak kena macet dan gak telat. TAPI.. pas malemnya, gua baru inget menn, GUA BELOM LEGALISIR RAPOR. horror gak tuh? enggak. Sebenernya fotokopi legalisir rapor dipake buat hari selasa, tapi gua gak mungkin dateng ke sekolah hari selasa dan belom tentu dapet pagi itu juga. NAH! akhirnya gua terpaksalah memutuskan nyusul aja dari sekolah naik kereta. Akhirnya gua sampe di IPB jam 10.32. Sebelumnya gua naik angkot biru men.  Nah, menurut gua, angkot biru itu unik banget men. anti-mainstream gitu. gak ada nomornya menn! horror gak tuh? engga sih haha. tapi masalahnya di terminal itu, ada 3 angkot biru men, dan gak ada nomornya semua . nah! horor bange...