Skip to main content

San Francisco dan Makanan yang Biasa Dimakan

"..berkali-kali gua masukin kata kunci di google: “how to eat in Whole Foods Market” “How to weight the prepared foods in Whole Foods Market” “how many rice is a pound” “how much is for a pound chicken “how heavy is for average meals” ”can I mix the chicken with veggies and rice in one Whole Foods Market prepared foods’ box to go” dan pertanyaan lain yang sebenarnya bisa gua tanyakan langsung pada petugas di sana tanpa harus terlihat bodoh.."



Pantry: ada cornflakes dan susu, serta roti yang selalu tersedia.

Pagi hari di Farallones Street, gua biasanya memulai hari dengan 2 tangkup toasts (roti panggang) dilapisi dengan selai kacang atau coklat. Terkadang kalau tersedia, gua juga bawa apel atau pisang untuk dimakan di jalan. Pilihan lain adalah sereal (biasanya corn flakes) dengan susu dingin yang selalu disediakan Gabriel sang bapak asuh untuk ke-12 tamunya. Simpel, namun biasanya gua terpaksa sarapan dengan terburu-buru karena harus mengejar Muni biar gak terlambat.



Sayangnya hanya ini foto Fisherman’s Wharf yang tersimpan. Di malam terakhir, Eduardo beserta istri da teman-temannya mengajak gua untuk menaiki troli menuju Fisherman’s Wharf UNTUK PERTAMA KALINYA!

Fisherman’s Wharf: daerah destinasi turis, di mana banyak sekali restoran yang menyajikan clam chowder dalam sour dough khas San Francisco, kedai coklat Ghirardelli asli San Francisco, maupun restoran waralaba seperti Jack in The Box, dan sebagainya.

Terkadang, gua hanya punya beberapa menit hingga 1 jam untuk istirahat makan siang sehingga dalam waktu sesingkat itu, pilihan gua biasanya mentok di sekitar Fisherman’s Wharf: In-N-Out Burger, Subway, dan Jack in a Box. Ketiganya menawarkan burger dan sandwich yang cepat saji, dengan harga yang realatif murah dan sama, sekitar $7-8.

foto ini diambil saat tour pertama di Fisherman’s Wharf

In-N-Out Burger: entah mengapa menjadi sangat melegenda dengan resep rahasia yang sebenarnya tidak ada. Antrian mengular pada jam makan siang bahkan tidak masuk akal. Yang gua suka dari restoran ini adalah, saat mereka membuat kentang goreng, pengunjung bisa melihat langsung dengan jelas proses demi proses pembuatan kentang goreng segar berkualitas.
Subway: Pilihan tepat saat terburu-buru. Terdapat beberapa menu dengan kombinasi yang bisa di customizes, hadir dalam pilihan panjang 6 atau 8 inci.
Jack in a Box: Menyajikan burger terbaik diantara ketiganya.

***

San Francisco memiliki mall besar di Market St.: Westfield Mall ini cukup sering gua kunjungi, mulai dari sekedar nyari toilet, beli kertas binder, dan tentunya makan. Dari sekian banyak restoran yang ada, hanya 2 yang sering gua kunjungi untuk sarapan, makan siang, atau makan malam: Panda Express dan Sarku Japan.

Panda Express: restoran ini cukup populer di US. Paling tidak ada 2 restoran Panda Express yang sering gua kunjungi di San Francisco: Westfield mall atau Stonestown mall. Restoran ini bisa dibilang wartegnya Chinese foods: variasi cukup beragam, pelanggan tinggal menunjuk apa saja yang mau dimakan, dan bayar di kasir. Menu andalan mereka orange chicken yang enak parah. 1 box berisi nasi dan 1 pilihan lauk seharga $6 sedangkan 1 box dengan 2 pilihan lauk seharga $7. Dan keduanya keluar bersama dengan fortune cookies yang diberikan secara cuma-cuma.

Sarku Japan: menyajikan teriyaki terenak selama gua di SF, juga karena gua gak punya rekomendasi lain. Sekitar $7 untuk paket combo: chicken or beef teriyaki dengan nasi dan mix veggies.

chicken teriyaki dengan nasi dan mix veggies. yang paling gua suka dari box ini adalah: sayurnya haha.

Tempat makan terakhir yang paling sering gua kunjungi terletak di dalam supermarket dan hanya berjarak sekilo dari rumah. Di depannya terdapat McD, namun sampai pulang pun gua gak sempat nyobain McD ala San Francisco dan lebih milih ke supermarket di depannya.



Pada kunjungan pertama, gua telah menghabiskan lebih dari 15 menit untuk sekedar mondar-mandi di blok makanan siap saji atau prepared foods di salah satu supermarket khusus makanan: Whole Foods Market, Ocean Avenue. Berkali-kali gua masukin kata kunci di google: “how to eat in Whole Foods Market” “How to weight the prepared foods in Whole Foods Market” “how many rice is a pound” “how much is for a pound chicken “how heavy is for average meals” ”can I mix the chicken with veggies and rice in one Whole Foods Market prepared foods’ box to go” dan pertanyaan lain yang sebenarnya bisa gua tanyakan langsung pada petugas di sana tanpa harus terlihat bodoh mondar-mandir, cek HP, pura-pura ditelepon hanya untuk menunggu orang lain melakukannya terlebih dahulu. Dan setelah 15 menit menunggu, akhirnya ada orang lain yang datang dan mulai mengisi box makan malamnya.




makan siang standar: kedua foto ada brokolinya karena ya memang itu salah satu sayur favorit, dan mengandung sedikit kuah. jadi bisa lebih enteng kalo ditimbang :) foto pertama, gua ngambil mac and cheese, 2 potong tahu (iya tahu biasa), sama roasted chicken. roasted chicken ini lauk yg paling sering gua beli, karena yaaaaaaaa.... simpel aja. foto yg bawah itu ada roasted potato, sama ayam juga. dddaaaaannnnn kari bunga kol. pas gua buka di kelas, bau karinya nyebar ke mana-mana. ENAAAAKK PARRAAAHHH.

Seperti halnya supermarket besar di Indonesia, Whole Foods Market: America's Healthiest Grocery Store memiliki blok khusus yang menyediakan makanan siap saji atau prepared foods yang dapat langsung dinikmati di kantin yang telah disediakan maupun dibawa pulang. Yang membedakan dengan supermarket lain yang pernah gua kunjungi adalah, makanan-makan tersebut disediakan di atas konter berpenghangat dan dijual seharga $4-10/lb. untuk sup hangat serta $9/lb. untuk makanan berat lainnya. Makanan yang ditawarkan sangat variatif, mulai dari berbagai jenis salad, buah potong, telur, kentang (panggang, goreng, rebus), berbagai jenis pasta, nasi (putih biasa, goreng mentega), berbagai jenis ayam (panggang, rebus, bakar, kari, bumbu Bali-Thailand (? Super weird)), sayuran (sup, tumis, kari, rebus), dan masih banyak lagi. Cita rasa yang ditawarkan pun mulai dari American classic, Eropa, Mediterian, hingga Asia (termasuk Indonesia, Thailand, India). Dan yang paling keren adalah: kita bisa mencampur semua bahan yang kita mau ke dalam box take away khusus berbahan kertas antibocor untuk kemudian ditimbang di kasir. Untuk sekali makan, gua biasanya menghabiskan $9-10. Termasuk sayuran segar, satu atau dua potong lauk, dan nasi, kentang, atau pasta sebagai pelengkap.

beli di Whole Foods Market di Davis. Mac and cheese, ikan lupa di apain, sama ayam... balsamic?

Bukan yang termurah, tapi bagi gua ini yang terbaik: pertama, mereka punya banyak menu, jadi gua bebas mengkombinasikan sayur, karbo, dan lauknya sesuai selera, kayak di warteg. Jadi gak gampang bosen. Kedua, mereka jelas jauh lebih sehat daripada gua harus makan sandwich dan burger tiap hari. Ketiga, porsinya juga bisa gua sesuaikan. Pernah gua hanya beli ayam seharga $5-an untuk sarapan besok paginya. That was a life! Dan keempat, mereka adalah Whole Foods Market: America's Healthiest Grocery Store di mana mereka mengusahakan bahan organik, segar, dan terbaik. Mereka juga mencantumkan semua bahan yang digunakan, sehingga jelas bagi mereka penderita alergi atau yang menghindari bahan makanan tertentu seperti alkohol dan babi.

Farewell diner party buat gua, dan David. Gabriel biasanya gak buka wine untuk sekedar makan malam, tapi kali ini dia mau. dan kebetulan ada David dan Julian juga yg bawa wine. makanan malam itu, ikan panggang (andalan Gabriel), sayur mixed, dan nasi. gak ada yg spesial, kecuali momennya.

Bagaimana dengan makan malam di rumah? Absolutely nice! Gua selalu suka dengan ikan yang dimasak Gabriel. Entah jenis ikan apa, namun rasanya selalu pas. Dipanggang dan kemudian disajikan dengan nasi, salad, atau roasted mix veggies. Terbaik. Kadang juga Gabriel menyediakan burrito dengan salsa yang dibuat langsung dengan bantuan teman-teman Meksiko maupun dari negara bagian lain. Atau bahkan spaghetti, bukan yang terbaik namun sangat sayang jika dilewatkan. Santap malam selalu dipenuhi banyak orang, bukan sekedar menghabiskan makanan bersama, namun saling berbagai kisah dan pengalaman dari berbagai belahan dunia. Satu hal yang sangat berharga.

***

Pertanyaan lain yang sering diajukan teman-teman adalah:

“Mahal, gak?”
Mahal atau enggak.. ya jika dibandingkan di Indonesia, jelas mahal. Gua mengalokasikan $8-10 untuk setiap makan siang atau malam yang kalo di Indonesia, dengan uang segitu gua mungkin bisa beli 10 porsi di kafe ungu. Tapi kalau gua terus-terusan nyari makanan yang semurah Siska Jaya.. mungkin gua bakal terus-terusan makan mie instan yang gua bawa selama 2 bulan.
“Gimana dengan minum?”
Untungnya semua tap water (air kran, bisa diminum) di sana gratis. Kamu bisa aja masuk ke restoran seperti Jack in a box untuk sekadar minta air. Bagi yang gak biasa mungkin rasanya agak sedikit berbeda, namun lama-lama juga terbiasa, apalagi kepepet. Ada juga air minum dalam kemasan yang dijual kurang dari $1. Untuk minuman bersoda, bisanya bebas isi ulang: kita cukup sekali melakukan pembayaran dan isi sendiri minumannya di dispenser yang disediakan.
“makanannya Halal?”
Bismillah :) Namun yang mengagetkan, ada beberapa ayam yang dijual dengan lebel halal. Mungkin hal ini sudah menjadi hal yang diperhatikan mereka.

Comments

Popular posts from this blog

Kabar gembira untuk kita semua~

" Kabar gembira untuk kita semua~  Kasur asrama kini ada yg barunya ". Ahahy akhirnya kasur kutu diganti juga. Ayoyoy, kabar baik? Sekarang gua lagi menikmati kasur baru menn. Lebih keras tapi gak tepos. Dan lebih ngepas, jadi sepreinya ketat terus. Jadi lo gak perlu ngerapiin seprei tiap hari. Tebel, ketat, dan gak tepos Beruntunglah kalian yg gak pernah ngerasain kasur kutu. Kasur kapuk bekas, sempet menuhin lobi asrama. Gila, itu dibuang ke mana yo?

Rusuh

Head to IPB

Hahay untuk pertama kalinya akhirnya gua menginjak IPB menn!! Tepatnya tanggal 16 Juni kemaren. Jadi ceritanya ada pertemuan orang tua sama rektorat menn. Tapi anak-anak calon mahasiswa lain pada ngikut juga menn, termasuk gua biar tau kampusnya gitu menn. Niat awalnya, gua pergi sama nyokap naik mobil dari rumah jam setengah 7 biar gak kena macet dan gak telat. TAPI.. pas malemnya, gua baru inget menn, GUA BELOM LEGALISIR RAPOR. horror gak tuh? enggak. Sebenernya fotokopi legalisir rapor dipake buat hari selasa, tapi gua gak mungkin dateng ke sekolah hari selasa dan belom tentu dapet pagi itu juga. NAH! akhirnya gua terpaksalah memutuskan nyusul aja dari sekolah naik kereta. Akhirnya gua sampe di IPB jam 10.32. Sebelumnya gua naik angkot biru men.  Nah, menurut gua, angkot biru itu unik banget men. anti-mainstream gitu. gak ada nomornya menn! horror gak tuh? engga sih haha. tapi masalahnya di terminal itu, ada 3 angkot biru men, dan gak ada nomornya semua . nah! horor bange...