Skip to main content

The Sun Rises

"...Pada saat-saat seperti inilah gua makin menyadari bahwa waktu gua tinggal sebentar lagi namun gua telah mengalami berbagai pengalaman yang luar biasa..."


Senin, 31 Agustus 2015

Hari ini dingin, sepeti biasa. Jalanan terlihat basah sebasah-basahnya, padahal tadi malem gak hujan. Butuh waktu sekitar 30 menit untuk buat gua turun dari kasur dan menyadarkan gua kalau gua telat. Bukan hal yang mudah, bahkan terasa sangat berat pagi itu untuk ketemu sama David dan Julien di stasiun Powell jam 5 pagi.

Gua ngeliat jam dan memutuskan buat lari dari rumah ke stasiun Balboa Park. Bukan pilihan bijak saat itu buat nunggu MUNI atau bis pada jam dan suhu segitu. Gua berusaha meyakinkan David kalau gua udah di jalan dan akan nyampe di stasiun Powell dalam beberapa menit. Gua menyelusuri 1.4 km trotoar gelap menuju stasiun, masih berharap ada MUNI yang lewat. Pukul 4.45, gua gak mungkin sampe tepat waktu.

Butuh waktu sekitar 8 menit naik BART buat sampe ke stasiun Powell dari Balboa Park. Belum ada tanda-tanda keberadaan David. Beberapa gelandangan, seperti biasa, dengan berbagai macam pakaian mencoba menghangatkan diri mereka di sekitar stasiun. Cuma Starbucks yang udah buka jam segitu, dan coklat panas bukan sesuatu yang bisa gua tolak untuk memulai pagi. Gua mulai terbiasa dengan memanggil nama gua Gas ke barista, dan mendapati gelas gua bernama Gus. Lebih masuk akal dari pada nama-yang-mereka-anggap-benar, toh udah beberapa kali gua mempertegas kalau nama gua Gagas. Dan sepertinya coklat panas bukan minuman yang lazim dipesan kecuali kopi.

David dan Julien dateng beberapa menit setelahnya dan kita langsung naik UBER setelah 2 kali pesen. Si pengemudi, yang mau dilihat beberapa kali selalu keliatan kayak tokoh Bishop di X-men: Days of Future Past. Cukup aneh menurutnya ngeliat matahari terbit di San Francisco. "Orang terbiasa ngeliat matahari terbenam, rasanya hanya sedikit yang mau berurusan dengan angin pagi." Seolah angin sore bisa diremehin.

Kita sampai di Battery Spancer beberapa menit sebelum jam 6, setelah sebelumnya muter-muter nyari dan motong jalan. Si Bishop keluar sebentar sambil ngeliat sekeliling seolah gak yakin dengan tujuan kita sebelum akhirnya pergi. Sepi, dingin, gelap.

05:58. Butuh beberapa saat sampai mata gua terbiasa buat ngeliat sekitar Battery Spancer. Jalan masuk dan spot utama masih berupa jalan setapak berpasir dengan pagar pembatas di tepinya. Udara cukup dingin dengan angin yang kencang. Setidaknya hanya ada kami bertiga dan satu orang lain yang tiba-tiba ilang setelah melewati pagar pembatas di ujung tebing.


06:03-06:05. Sinar matahari mulai terlihat jelas. Saat itu seolah waktu berjalan sangat lama: badan gua udah berontak gak sabar buat menikmati sinar hangat. Beberapa orang mulai berdatangan, kebanyakan dengan persiapan matang: kamera semi-professional yang diatur untuk mengambil gambar dalam waktu yang relative lama, lengkap dengan tripodnya.

06:10. Sinar matahari jelas sudah sangat terang di timur, namun sisi barat masih cukup gelap lengkap dengan kabut tebal khas San Francisco. Beberapa kali angin barat berhembus seolah gak mau kalah dari kompetisi pagi ini. Efeknya: badan gua makin menggigil kedinginan seolah sinar matahari gak menghangatkan sama sekali.





06:13-06:17. Foto paling atas dari sequence ini adalah salah satu yang paling gua suka. Dari gambar itu terjawab "kemana orang yang tadi pagi dateng bareng kita." Dan ternyata di sana dia gak sendirian.

06:38. Sinar matahari makin jelas di timur. namun Karl, kabut yang biasa menutupi puncak Golden Gate Bridge rasanya tidak mau melewati pagi ini lagi. Dan ternyata, angin yang makin kencang dan dinginlah yang membawanya. Liat perbedaan dari foto sebelumnya, dan badan gua makin merindukan kehangatan.


06:39. Rasanya hampir sulit membayangkan kalau gua pergi sendirian tanpa dua orang ini.






06:49-06:59. Matahari akhirnya benar-benar menampakkan dirinya. Sinar keemasan yang gua tunggu dari tadi akhirnya dateng juga. Untuk sesaat, Karl seolah minggir sebentar buat menunjukkan pesona terbaik dari Golden Gate Bridge. Untuk pertama kalinya gua merasa nikmat syukur yang sangat luar biasa.

Gua bukat tipe orang yang sering bersusah payah buat ngeliat matahari terbit. Namun buat ngeliat matahari terbit, sesuai dengan rencana gua, dengan kondisi cuaca yang menurut gua sangat sempurna, terlebih lagi dengan ditemani dua sahabat di saat gua mulai merasa "kesepian", merupakan salah satu pengalam terbaik gua selama di San Francisco. Pada saat-saat seperti inilah gua makin menyadari bahwa waktu gua tinggal sebentar lagi namun gua telah mengalami berbagai pengalaman yang luar biasa.

...

Kita melanjutkan perjalanan dengan berjalan sejauh 6 km ke Sausalito, daerah "kampung nelayan" di sebrang Golden Gate Bridge. Gua pernah sekali ke sana sebelumnya dan cukup menyukai daerah itu. Suhu dan cuaca seolah lebih bersahabat di sana daripada di San Francisco: hangat dan tidak berangin. Akhirnya kita memutuskan untuk sarapan di Lighthouse Café yang menyediakan American Breakfast yang cukup enak berdasarkan ulasan di Maps.


Sekitar jam 09:19 pesanan kita dateng. Gua yang saat itu lagi demam pisang, mesen banana pancake dan sausage yang mereka buat sendiri. Bisa dibilang itu merupakan pancake terenak yang pernah gua (dan David) makan, mungkin karena gua emang sudah sangat lapar setelah jalan sejauh 6 km, sugesti, atau memang enak beneran. Café ini sendiri rasanya sangat santai. Kebanyakan pelanggan sepertinya merupakan pelanggan tetap. Namun walaupun hari Senin pagi, makan di situ rasanya santai banget: gak ada kebisingan yang berarti, udara bersih dari laut, serta makanan yang mereka olah sendiri. Menurut gua, itu adalah The real American Breakfast.



Kita mengakhiri hari dengan keliling Sausalito: beli ice cream, beli beberapa kaos yang sebenernya juga made in China, dan beberapa kartu pos. Kita balik ke San Francisco naik ferry sekitar jam 12.

Hari itu gua melewatkan ketiga kelas gua. Bukan sesuatu yang gua sesali, namun pengalaman hari itu merupakan salah satu yang terbaik selama gua di San Francisco.

Comments

Popular posts from this blog

Kabar gembira untuk kita semua~

" Kabar gembira untuk kita semua~  Kasur asrama kini ada yg barunya ". Ahahy akhirnya kasur kutu diganti juga. Ayoyoy, kabar baik? Sekarang gua lagi menikmati kasur baru menn. Lebih keras tapi gak tepos. Dan lebih ngepas, jadi sepreinya ketat terus. Jadi lo gak perlu ngerapiin seprei tiap hari. Tebel, ketat, dan gak tepos Beruntunglah kalian yg gak pernah ngerasain kasur kutu. Kasur kapuk bekas, sempet menuhin lobi asrama. Gila, itu dibuang ke mana yo?

Rusuh

Head to IPB

Hahay untuk pertama kalinya akhirnya gua menginjak IPB menn!! Tepatnya tanggal 16 Juni kemaren. Jadi ceritanya ada pertemuan orang tua sama rektorat menn. Tapi anak-anak calon mahasiswa lain pada ngikut juga menn, termasuk gua biar tau kampusnya gitu menn. Niat awalnya, gua pergi sama nyokap naik mobil dari rumah jam setengah 7 biar gak kena macet dan gak telat. TAPI.. pas malemnya, gua baru inget menn, GUA BELOM LEGALISIR RAPOR. horror gak tuh? enggak. Sebenernya fotokopi legalisir rapor dipake buat hari selasa, tapi gua gak mungkin dateng ke sekolah hari selasa dan belom tentu dapet pagi itu juga. NAH! akhirnya gua terpaksalah memutuskan nyusul aja dari sekolah naik kereta. Akhirnya gua sampe di IPB jam 10.32. Sebelumnya gua naik angkot biru men.  Nah, menurut gua, angkot biru itu unik banget men. anti-mainstream gitu. gak ada nomornya menn! horror gak tuh? engga sih haha. tapi masalahnya di terminal itu, ada 3 angkot biru men, dan gak ada nomornya semua . nah! horor bange...